Sabtu, 10 April 2010

Psikolinguistik


Resume
Psikolinguistik
Oleh :
Zubair Ahmad

بِسْــــــــمِ اللـــــــــهِ الرَ حْمَـــــــنِ الرَ حِيْـــــــمِ

@è%ur……. öNçl°; þ_Îû öNÎhÅ¡àÿRr& Kwöqs% $ZóŠÎ=t/ ÇÏÌÈ  
…….. dan berbicaralah kepada mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.[1]

1. PENGERTIAN

Terdapat beberapa batasan psikolinguistik menurut beberapa ahli. Hartley mengatakan psikolinguistik membahas hubungan antara bahasa dengan otak dalam memproses dan menghasilkan ujaran-ujaran dan dalam akuisisi bahasa. Batasan lain dikemukakan oleh Osgood dan Sebeok yang mengatakan bahwa psikolinguistik secara langsung berhubungan dengan proses-proses mengkode dan mengerti kode seperti pesan yang disampaikan oleh orang yang berkomunikasi. Adapun Robert Lado mengatakan bahwa psikolingustik adalah pendekatan gabungan melalui psikologi dan linguistik bagi telaah atau studi pengetahuan bahasa. Emmon Bach berpendapat bahwa psikolinguistik adalah suatu ilmu yang meneliti sebenarnya bagaimana para pembicara/pemakai sesuatu bahasa membentuk atau mengerti kalimat-kalimat bahasa tersebut. Langacker mengemukakan pendapatnya bahwa psikolingustik merupakan telaah akuisisi bahasa dan tingkah laku linguistik terutama mekanisme psikologis yang bertanggung jawab atas kedua aspek tersebut. Diebold berpendapat psikolinguistik dalam arti luas membicarakan pesan-pesan dengan sifat-sifat kemandirian manusia yang menyeleksi dan dan menafsirkan pesan-pesan.[2]
Paul Paraisse berpendapat bahwa psikolinguistik merupakan telaah tentang kebutuhan-kebutuhan tuhan kita untuk berekspresi denan benda-benda yang ditawarkan kepada kita sejak kecil dan tahap-tahap selanjutnya.
 Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa :
1.      Psikolinguistik membahas hubungan bahasa dan otak
2.      Psikolinguistik berhubungan langsung dengan proses mengkode dan menafsirkan kode
3.      Psikolinguistik sebagai pendekatan
4.      Psikolinguistik menelaah pengetahuan bahasa, pemakaian bahasa dan perubahan bahasa
5.      Psikolinguistik membicarakan proses yang terjadi kepada pembicara dan pendengar dalam kaitanya terhadap bahasa
6.      Psikolinguistik menitikbertatkan kepada pada pembahasan akuisi dan tingkah laku linguistik.[3]

2. SEJARAH PSIKOLINGUISTIK     

Pada sekitar tahun 1950 George Miller dan Charles Osgood memunculkan ilmu baru dalam linguistik yang dikaitkan dengan studi bahasa secara psikologis. Pada tahun 1951 dilaksanakan suaatu seminara di universitas cornell yang disponsori oleh Social Science Reesearch Council (SSRC) mengundang enam orang ahli dalam bidang Psikologi dan linguistic, meraka diundang untuk membahas disiplin ilmu psikologi dan linguistik, John Carrol, James Jenkins, George Miller dan Charles Osgood dalam bidang psikologi, dan Joseph Greensberg, Floyd Lounsbury dan Thomas Sebeok dalam bidang linguistik.
Pada tahun 1953 bersama-sama dengan peneliti lainnya dan 5 orang mahasiswa, mengadakan pertemuan di beberapa kota dan membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan psikolinguistik. Misalnya psikolinguistik bandingan, kedwibahasaan, analisis isi, prosesasosiasi dalam tingkah laku verbal, dimensi-dimensi makna, gaya bahasa, apasia, dan keuniversalan bahasa.
Dari tahun ke tahun psikolinguistik mengalami kemajuan berkat penelitian para ahli yang berkecimpung dalam bidang ini. Meskipun penelitian dalam bidang psikolinguistik banyak dipengaruhi oleh generativisme akhir-akhir ini, "tetapi adalah keliru kalau dikatakan semua psikolinguis telah mengakui kebenaran model generatif dalam system bahasa"[4].

3. OBJEK PSIKOLINGUISTIK
Perlu kita ketahui bersama bahwa psikolinguistik terdiri dari dua disiplin ilmu, yaitu; linguistik dan psikologi. Objek linguistik adalah bahasa. Sedangkan objek psikologi adalah gejolak jiwa.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa objek psikolinguistik adalah bahasa juga, tetapi bahasa yang berproses dalam jiwa manusia yang tercermin dalam gejolak jiwa. Dengan kata lain, bahasa yang dilihat dari aspek-aspek psikologi. Orang yang sedang marah akan lain perwujudan bahasanya dengan orang yang sedang gembira ria, titik berat psikolinguistik adalah dari segi bahasa yang diucapkan, dan bukan gejala jiwa. Itu sebabnya dalam batasan-batasan psikolinguistik yang telah dikemukakan selalu ditonjolkan proses bahasa yang terjadi pada otak. Baik proses yang terjadi di otak pembicara maupun proses yang terjadi di otak pendengar.
Hasil pekerjaan Psikolinguistik bukanlah perian bahasa, tetapi deskripsi bahasa yang berproses dalam diri manusia. Proses ini jelas tidak kelihatan, dan hanya hasil prose situ yang dapat diamati.

4. LINGKUPAN PSIKOLINGUISTIK
Bila kita mencoba menganalisis objek linguistik dan objek psikologi, dan titik berat kajian psikolinguistik, dapat ditarik kesimpulan bahwa ruang ruang lingkup psikolinguistik mencoba memberikan bahasa dilihat dari aspek-aspek psikologi dan sejauh yang dapat dipikirkan oleh manusia. Itu sebabnya topik-topik penting yang menjadi lingkupan psikolinguistik, adalah;
·         Proses bahasa dalam komunikasi dan pikiran
·         Akuisisi bahasa
·         Pola tingkah laku berbahasa
·         Asosiasi verbal dan persoalan makna
·         Proses bahasa pada anak yang abnormal, misalnya pada anak tuli
·         Persepsi ujaran dan kognisi.

A. kedudukan Psikolinguistik dengan Ilmu Lain
Setiap ilmu berdiri sendiri. Namun dalam operasionalnya setip ilmu tidak berdiri sendiri. Biasanya manusia menyelesaikan sesuatu dengan menggunakan beberapa cabang ilmu.Dengan kata lain terdapat hubungan suatu ilmu dengan ilmu yang lain.:

B. Psikolinguistik Dewasa Ini
Dewasa ini psikolinguistik lebihdiarahkan untuk pendidikan bahasa, peranan psikolinguistik dalam pengajaran bahasa bukan hanya berhubungan  dengan akuisisi bahasa, tetapi juga untuk kepentingan belajar bahasa pertama, kedua, dan bahasa asing.[5]

5. ASPEK-ASPEK LINGUISTIK DAN PSIKOLINGUISTIK
A. Pendekatan
Bahasa dapat dkilihat dari pendekatan, bahasa sebagai suatu sitem, bahasa sebagai tingkah laku personal, bahasa sebagai tingkah laku antar personal. Bahasa merupakan suatu system mengisyaratkan adanya suatu kaiodah yang mengatur bahasa, kaidah bahasa tertentu tercarmin dalam tatarannya. Kalidah-kaidah itu tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan seperangkat unsur yang jalin menjalin yang membentuk sistem.
Langacker mengatakan "linnguistik adalah studi bahasa manusia", sedangklan Lyons berpendapat bahwa "linguistik adalah studi bahasa secara ilmiah, dari pengertian ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa objek linguistik adalah bahasa. Menurut Hill cirri bahasa itu ialah:
·   Bahasa merupakan seperangkat bunyi
·   Bahasa bersifat sistematis
·   Bahasa merupakan seperangkat symbol
·   Bahasa bersifat sempurna
Kenyataan menunjukkan bahwa bahasa digunakan untuk mengungkapkan pikiran. Seseorang yang sedang memikirkan sesuatu kemudian ingin menyampaikan hasil pemikiran itu, menggunakan bahasa, meskipun demikian akan muncul beberapa pertanyaan, bagaimana hubungan bahasa dan pikiran, dapatkah kita be4rpikir tanpa bahasa, bagaimana proises berpikir itu, apakah pikiran kita dipolakan oleh struktur bahasa yang digunakan, dan bagaimana caranya agar hasil pikiran dapat dimengerti oleh pendengar. Diantara pertanyaan ini ada beberapa pertanyaan yang tidak dapat kita jawab, diantaranya bagaimana proses berpikir itu terjadi didalam otak.
Langacker mengatakan "berpikir adalah aktivitas mental manusia". Aktivitas mewntal ini berlangsungt apabila ada stimulus, artinya ada sesuatu yang mengakibatkan manusia untuk  berpikir. Memang ada saja yang dipikiran oleh manusia, namun ada bauiknya kita membedakan pengertian berpikir dan melamun. Dalam proses berpikir kita merangkai-rangkaikan sebab akibat, menganalisnya dari yang umum kehal-hal yang khusus  atau kita menganalisisnya dari hal-hal yang khusus ke yang umum.[6] Floyd L Ruch berpendapat bahwa berfikir adalah manifulasi-manufulasi atau organisasi unsur-unsur lingkungan dengan mengunakan lambing-lambang sehingga tidak langsung melakukan kegiatan yang tampak.[7] Dance mengartikan komunikasi dalam kerangka psikologi behaviorisme sebagai usaha menimbulkan respon melalui lambing-lambang verbal.[8]
Menurut Freud, perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga subsistem dalam kepribadian manusia Id, Ego, dan Supergo. Id adalah badian kepribadian manusia yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia (hawa nafsu). Id bergerak atas prinsip kesenangan, ingin segera memenuhi kebutuhan, Id bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Walaupun Id dapat melahirkan keinginan, ia tidak mampu memkuaskan keinginannya. Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntunan rasional dan realistik. Ego-lah yang menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud yang rasional.
Sedangkan Superego adalah polisi kepribadian, mewakili yang ideal. Superego adalah hati nurani yang merupakan interanalisis dan norma-norma sosial dan kultural masarakat. Ia memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tak berlainan ke dalam alam bawah sadar.[9]
Emosi dan perasaan merupakan aspek yang paling penting bagi kehidupan manusia, sangatlah sulit membayangkan manusia tanpa emosi, hampa perasaan. Kebahagiaan ketika menatap senyuman orang yang kita cintai, keceriaan ketika bermain dengan seseorang yang kita bayangkan, kebanggaan ketika menjuarai suatu kompetisi. Bahkan perasaan yang sangat menyedihkan ketika sahabat seorang sahabat meninggal, kecewa ketika gagal, marah ketika hati dilukai tetap memberi arti bagi kita. Emosi memberi tahu siapa kita, seperti apa kualita hubungan kita dengan seseorang, dan bagaimana kita berprilaku selama ini dan bagaimana cara kita berprilaku esok hari. Emosi memberi makna akan setiap peristiwa yang kita alami dan warna dalam kehidupan ini.[10]
Setiapa manusia memiliki emosi, memberinya identitas dan harus selalu belajar beradaftasi serta dapat mengontrol emosinya. Bila kita mengkaitkan emosi dengan individu maka kita berbicara mengenai variyasi pada setiap orang. Bagaimana kita mendevinisikan emosi, seberapa penting kita memendangnya, bagaimana kita mengelolanya, merasakannya, menerimanya dan mengexpresikanya maka setiap orang adalah berbeda dan unik.





















DASAR REPERENSI

Jalaludin Rakhmat, "Psikologi komunikasi"
Mansur Pateda "Psikolinguistik"
Tri  Dayakismi "Psikologi Lintas Budaya"


[1] Q.S An-Nisa : 63
[2] Mansur Pateda "Psikolinguistik" : 12
[3] Ibid : 13
[4]Ibid : 16
[5] Ibid : 22
[6] Ibid : 31
[7]Jalaludin. Rahmat, "Psikologi Komunikasi" :69
[8] Ibid : 3  
[9]  Ibid : 20
[10] Tri  Dayakismi "Psikologi Lintas Budaya" : 75